Mendengar kisah para ibu yang pernah melahirkan sebelum saya selalu menjadi topik yang menarik bagi saya. Terutama para ibu yang melahirkan sebelum tahun 1990-an yang hampir semuanya melahirkan dengan cara normal atau tanpa operasi. Contohnya nenek saya melahirkan 6 anaknya normal, malah salah satunya lahir sendiri tanpa ada bantuan dari bidan atau siapa-pun. Kemudian temannya nenek saya melahirkan 18 anak normal semua, tanpa rasa sakit. Dan ada juga seorang ibu yang melahirkan 25 anaknya secara normal.
Melahirkan normal suatu hal yang saya dambakan, karena saya menganggap melahirkan normal memiliki prestis tersendiri sebagai seorang ibu. Saat melahirkan dengan cara normal, ibu mampu melampaui proses alamiah melahirkan bayi yang telah dikandungnya selama berbulan bulan, dalam perjuangan hidup dan mati. Meski dalam medis dokter menyampaikan sebenarnya masalah normal atau operasi adalah sama saja sebab menyangkut nyawa manusia.
Saya sendiri sebenarnya tidak memiliki modal awal rekaman yang bagus tentang kisah melahirkan karena ibu saya dan kemudian dibenarkan oleh beberapa kerabat lain, menyampaikan bahwa melahirkan normal itu sangat menyakitkan, menyeramkan dan akan dipenuhi dengan teriakan kesakitan. Bahkan juga ada yang cerita suami tidak akan terelak dari cakaran istri selama proses melahirkan.
Cerita menyeramkan itu terekam di otak saya sampai sekitar 3 tahun yang lalu, saat saya mengikuti kelas ruang daur hidup arsitektur. Professor saya meminta kami untuk menyelidiki ruang-ruang melahirkan termasuk menyelidiki bagaimana kondisi ibu saat hamil dan bagaimana proses melahirkan. Kelas ini membuat saya bersemangat untuk mewawancarai para nenek-nenek yang melahirkan sekitar tahun 1930-1960-an. Tak disangka mereka dengan gembiranya menceritakan pengalaman melahirkannya, yang tanpa rasa sakit dan tidak berkesan mengerikan. Sejak itulah pandangan saya terbuka. Melahirkan itu tidak selalu menyakitkan, tidak selalu menyeramkan dan tidak selalu disemarakkan dengan teriakan kesakitan. Melahirkan bisa saja terjadi begitu saja, prosesnya bisa sangat sebentar, dan bisa sangat lama. Kisahnya untuk tiap masing masing ibu boleh memutuskan sendiri ingin versi yang mana, mau tenang bisa, mau histeris juga bisa ^_^v Tergantung persiapan jasmani dan rohani.
Saya sendiri sebenarnya tidak memiliki modal awal rekaman yang bagus tentang kisah melahirkan karena ibu saya dan kemudian dibenarkan oleh beberapa kerabat lain, menyampaikan bahwa melahirkan normal itu sangat menyakitkan, menyeramkan dan akan dipenuhi dengan teriakan kesakitan. Bahkan juga ada yang cerita suami tidak akan terelak dari cakaran istri selama proses melahirkan.
Cerita menyeramkan itu terekam di otak saya sampai sekitar 3 tahun yang lalu, saat saya mengikuti kelas ruang daur hidup arsitektur. Professor saya meminta kami untuk menyelidiki ruang-ruang melahirkan termasuk menyelidiki bagaimana kondisi ibu saat hamil dan bagaimana proses melahirkan. Kelas ini membuat saya bersemangat untuk mewawancarai para nenek-nenek yang melahirkan sekitar tahun 1930-1960-an. Tak disangka mereka dengan gembiranya menceritakan pengalaman melahirkannya, yang tanpa rasa sakit dan tidak berkesan mengerikan. Sejak itulah pandangan saya terbuka. Melahirkan itu tidak selalu menyakitkan, tidak selalu menyeramkan dan tidak selalu disemarakkan dengan teriakan kesakitan. Melahirkan bisa saja terjadi begitu saja, prosesnya bisa sangat sebentar, dan bisa sangat lama. Kisahnya untuk tiap masing masing ibu boleh memutuskan sendiri ingin versi yang mana, mau tenang bisa, mau histeris juga bisa ^_^v Tergantung persiapan jasmani dan rohani.
Sejak saya hamil, saya mendambakan dapat melahirkan secara normal, paling tidak, melahirkan normal seperti ibu saya, namun dengan kondisi tenang seperti nenek saya. Kemudian saya banyak membaca buku kehamilan, membaca situs situs yang berkaitan dengan kehamilan dan juga mengikut beberapa forum kehamilan ^_^ Ternyata banyak membaca dan mendengarkan cerita orang orang sangat menyenangkan dan bisa menjadi modal awal ketenangan saat melahirkan.
Selama proses kehamilan saya rajin memeriksakan janin saya pada dokter kandungan Dewi Ratih Hendarto Putri di RS Puri Cinere, Depok. Sekitar 7 bulan pertama pemeriksaan berlangsung 1 bulan sekali. Setelah itu menjadi 2 minggu sekali. Sejak week 32 saya mulai rajin senam hamil 2 minggu sekali di kelas senam hamil dan setiap hari di rumah. Kemudian 1 minggu sekali sejak minggu ke 36 yang artinya udah 9 bulan ^_^ Dan sejak week ke 36 itulah dr kandungan saya meminta saya untuk cuti melahirkan dari kantor.
Senam Hamil di RS Puri Cinere |
Selama cuti melahirkan saya menghabiskan waktu pagi hari dengan jalan pagi dan berjemur. Siang hari istirahat. Sore hari senam hamil. Menyenangkan sekali rasanya menunggu kelahiran.
Due date saya melahirkan adalah minggu ke 40 usia kehamilan yakni tanggal 18 Februari 2012 (based on pregnancy book) dan 21 Februari 2012 (based on the doctor and website prediction).
Sabtu, 11 Februari 2012 kami periksakan kandungan, hasilnya adalah saya sudah bukaan 1 dan masih boleh pulang ke rumah.
Sebenarnya saya mengharapkan melahirkan tanggal 14 Februari 2012 yang bisa diingat sebagai hari kasih sayang, dan sebagai peringatan akan hari Pepadang, yaitu hari turunnya Sabda Sang Guru Sejati pertama kali pada R. Soenarto Mertowadojo pada tanggal 14 Februari 1932.
Demi melahirkan tanggal cantik ^_^ hari Senin tanggal 13 Februari 2012 saya jalan jalan lama sekali di Mall Taman Anggrek bersama ibu, nenek dan suami saya. Mengingat nenek saya sewaktu akan melahirkan anak keduanya cukup lama, beliau berjalan kaki jauh sekali, sampai terasa kontraksi akan melahirkan, baru dia kembali ke Rumah Sakit. Niat hati mengikuti caranya untuk melahirkan, setelah pulang, saya jalan kaki di treadmill sekitar 2 jam. Dan baiklah... tidak ada kontraksi sama sekali. Lalu saya tidur dengan kelelahan.... ^_^
Jalan kaki sebelum melahirkan |
Selasa 14 Februari 2012 kami kembali ke Klinik Kandungan dan hasilnya ^_^ masih bukaan 2 hehehe.. Konon kalau anak pertama bukaan 1 ke melahirkan alias bukaan 10 adalah 12 jam atau 24 jam dan ada yang 48 jam. tapi saya udah 3 hari masih bukaan 2 aja hehehehe... Saat itu saya sadar, bayinya emang belum mau lahir aja... mau dipaksain lahir juga ngga bisa hehehe, pasrah lah saya.. Kapan pun lahirnya, it's okay, ngga masalah kok baby ^_^v
Akhirnya hari itu, sang dokter yang juga sepupu saya itu meminta saya untuk datang hari Jumat 17 Februari 2012. Sejak rabu dan kamis beberapa kali saya mendapati flek, tapi tidak ada tanda tanda akan melahirkan. Tapi hari Jum'at kami, saya, suami dan ibu saya menganggap hari ini adalah hari yang tepat untuk melahirkan. Kami berdua bangun pukul 4 pagi, lalu manembah bersama dan membaca Sabda Khusus berdua Sabda Khusus peringatan 17. Kemudian kami bersiap merapikan diri dan sarapan pagi. Pukul 6.15 kami bersiap berangkat.
Lalu saya bilang ke ibu saya "Mama, di rumah aja, hari ini belum tentu melahirkan kok, bisa aja besok, atau besoknya lagi atau malah hari senin hehehe... Nanti kalau ternyata memang mau melahirkan mama nyusul aja sama mbah"
Jawaban ibu saya "Engga ah, ngga mau ditinggal, mau ikut"
Saya geliiiii sekali waktu ibu saya jawab begitu, kesannya beliau benar benar ngga mau ditinggal..
Sedangkan nenek saya dilobi sama ibu saya "Ibu, ibu nanti aja ya ke Rumah Sakitnya, kalau sudah pasti Wanda melahirkan. Pagi ini ibu ke Salon aja dulu, pijet dan cuci rambut plus ngeringin rambut di salon, supaya seger nanti kalau liat cicit lahir"
Nenek saya menyetujuinya.
Setelah perlobian selesai, kami berangkat pukul 06.30. Sepanjang perjalanan saya diam. Tiba tiba di tengah perjalanan, saya merasa perut saya sakit, terasa tegang dan nyeri. Setiap kali ibu saya mengajak berbincang, saya tidak bisa menanggapinya. Rasanya ada sesuatu yang berbeda dengan beberapa menit sebelum berangkat.
Kami tiba di RS pukul 07.30, kami langsung masuk ruang observasi dan bidan mengecek CTG kandungan saya. Menurut bidannya kontraksi saya belum cukup kuat untuk melahirkan, padahal saat itu sudah bukaan 3 menuju bukaan 4. Pukul 08.30 dokter Dewi Ratih datang, dan melihat hasil rekam CTG saya, kemudian beliau memutuskan untuk memberi saya induksi melalui infus.
Ternyata induksi melalui infus itu cukup menyakitkan, mungkin itulah yang namanya kontraksi ya.. tadinya saya tiduran rapih di tempat tidur, lama lama saya terduduk menahan rasa sakit di perut. 4 Jam kemudian saya sudah duduk dekat tempat tidur bagian bawah sambil memegang railing tempat tidur yang dekat kaki kalau kita berbaring. Ibu saya duduk di sebelah kanan saya. Suami saya berdiri di sisi kiri tempat tidur. Keduanya senyap, sesenyap saya hehe...
Merasakan Induksi melalui Infus |
Kira Kira pukul 13.28 ibu saya bilang "nyuwun ngapuro ya Wan".
Saat itu juga saya mengucapkan "Nyuwun ngapuro Sang Guru"
Tak lama pantat saya basah, banyak sekali cairan di tempat tidur saya. Terus saya tanya ke ibu saya "Ma, ini apa yaa?"
"Oh iya ini kok basah ya? Coba panggil bidannya"
Suami saya memanggil bidan, dan kemudian bidan datang, ia memberitahu itu adalah air ketuban.
Sekali lagi saya geli sekali, rupaya ibu saya saking serunya dalam suasana hening, tidak menyangka kalau yang membuat tempat tidur saya basah semua itu adalah air ketuban saya yang pecah.
Pukul 13.30 persis saya dimasukkan ke ruang persalinan. For your information, sejak ketuban saya pecah, saya tidak merasakan nyeri lagi di perut saya. Rasanya seperti semua sakit selama ini hilang tak berbekas dan ringan sekali rasanya..
Di ruang persalinan saya menunggu kedatangan dokter Dewi Ratih sampai jam 14.00. Selama itu saya diminta untuk latihan persalinan. Dengan melakukan beberapa set mengejan dan mengatur pernafasan.
Pukul 14.00 dokter Dewi Ratih datang dan kami melakukan 3 set pengejanan (setiap set 3 kali mengejan berseri). Saat set ke-3 itulah bayi saya lahir pukul 14.15 WIB.
Suami saya mendampingi di samping kiri saya, dua bidan di kiri saya, 2 bidan di kanan saya dan dokter Dewi Ratih yang mengeluarkan baby keluar dari rahim saya. Sedang ibu saya merekam dengan video proses kelahiran anak saya, sambil menitikkan air mata, terharu.
Teringat saat kecil beliau selalu mengatakan "Mama sedih sekali waktu melahirkan, melihat anakku kok perempuan.. dalam hati berkata "haduh kasian, nanti pasti melahirkan sakit kayak aku"."
Namun, berkat doa beliau, proses melahirkan yang saya alami baik-baik saja dan sangat khidmat ^_^
Suami saya tenang, ibu saya tenang, bidan bidan sangat cekatan, dokter kandungan saya juga sangat hebat dan bersemangat dan saya bersyukur sekali saya sangat tenang saat seluruh proses persalinan berlangsung.
Setelah bayi dikeluarkan dari rahim saya, bayi diletakkan di dada saya, sekarang disebut dengan istilah IMD atau Inisiasi Menyusui Dini. Teorinya sih bayi diletakkan di dada ibu, dan bisa ditunggu agak lama sekitar 1-2 jam sampai berusaha sendiri mencapai puting ibunya. Tapi seingat saya bayi saya tidak terlalu lama diletakkan di dada saya. Mungkin sekitar 15-20 menit. Tapi itu sudah lumayan, dibanding Rumah Sakit yang tidak melakukan IMD sama sekali. Saat IMD bayi saya yang tadinya keluar dari rahim menangis, setelah diletakkan di dada saya langsung sekejap terdiam, membuka matanya dan seolah mempelajari wajah Bapaknya di samping saya.
Inisiasi Menyusui Dini Jacoeb |
Demikianlah kisah kelahiran Jacoeb Soepandji Adhisuryo.
Semoga tulisan ini dapat menggantikan janji saya untuk menuliskan kisah kehamilan weeks 23 - weeks ke 40. ^_^
Kondisi hamil dalam bahagia dan melahirkan secara normal dalam ketenangan itu menyenangkan sekali. Apalagi kalau melihat bayi itu ternyata lucuuu sekali... ^_^
Jacoeb Soepandji Adhisuryo |
Semoga tulisan ini dapat menjadi salah satu pembuka wawasan bagi para ibu atau calon ibu ^_^
Wan, gue nangis bacanya :) terharu....
ReplyDeleteDoain ya bu semoga aku jg bisa kuat kaya dirimu...
Cium n peluk,
Naya